Mengapa Dakwah Islam Mudah Diterima di Tanah Jawa? - Tinta Media

Jumat, 24 Desember 2021

Mengapa Dakwah Islam Mudah Diterima di Tanah Jawa?


Tinta Media - Para pengemban dakwah Islam di masa lalu telah terbukti mencapai hasil yang luar biasa dalam upaya menyebarkan agama yang penuh rahmah ini di tanah Jawa. Hal ini dibuktikan dengan berbondong-bondongnya penduduk Pulau Jawa yang masuk Islam meskipun mereka telah mengenal agama dan filsafat kuno lainnya. Bahkan agama Islam kemudian diadopsi menjadi agama negara, menggantikan dua agama sebelumnya, yaitu agama Hindu dan Budha.

Ada banyak hal yang mendukung diterimanya Islam oleh penduduk di Pulau Jawa. Namun demikian kita akan membahas beberapa faktor utama yang mempengaruhi secara langsung keberhasilan dakwah disana.

Pertama, penduduk Jawa telah menganut filsafat kuno yang memilki konsep monotheis.

Sebelum masuknya Islam ke tanah Jawa, agama sebelumnya yaitu Hindu dan Budha telah berhasil diterapkan sebagai agama negara. Wangsa Sanjaya misalnya menjadikan agama Hindu sebagai agama para Bangsawan Istana dan menjadi landasan pemerintahannya. Namun demikian masyarakat Jawa tetap menganut filsafat kejawen yang memiliki konsep bahwa Tuhan hanya satu saja. Berbeda dengan agama Hindu yang mengenal konsep polytheis atau bertuhan banyak. Begitu pula dengan wangsa Sanjaya yang beragama Budha. Baik wangsa Sanjaya dan Syailendra kemudian bahkan melakukan sinkretisme agama agar bisa lebih diterima masyarakatnya, namun tetap saja kurang memuaskan hasilnya.

Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, konsep monotheisme penduduk Jawa sesuai dengan konsep Islam yang dibawa para wali yang mendakwahkannya. Bahkan pada akhirnya mereka tidak hanya mengenal Sang Pencipta Alam Semesta sebagai Gusti Kang Murbeng Dumadi, namun mengetahui nama dan sifat-sifat-Nya, yang dikenalkan sebagai Allah SWT oleh Walisongo beserta nama dan sifat-sifat-Nya.

Kedua, Islam disebarkan tanpa kekerasan.

Dakwah Islam yang diemban oleh kelompok dakwah Walisongo ke masyarakat dilakukan secara kultural. Artinya tidak dilakukan dengan pemaksaan dan kekuatan. Namun dengan mengubah kebiasaan yang salah dimasyarakat untuk kemudian diganti dengan kebiasaan baru yang benar dengan perubahan pemikiran. 

Perlahan, berproses namun memilki progres yang signifikan masyarakat Jawa berubah tanpa meninggalkan identitas ke-Jawa-an mereka untuk menuju masyarakat yang terikat dengan syariat Islam.

Ketiga, Ajaran Islam memuaskan akal dan rasa.

Penduduk Jawa sangat menghargai pemikiran dan rasa. Konsep Aqidah dalam Islam membuat pikiran mereka terang, hati mereka juga tenang karena dalam ajaran Islam tidak ada satu konsep pun yang bertentangan dengan fitrah mereka sebagai manusia serta menimbulkan banyak pertanyaan seperti agama-agama yang telah dikenalkan kepada mereka sebelumnya.

Keempat, Islam itu sederhana

Untuk memeluk agama Islam, tidak dibutuhkan syarat yang sulit untuk dilakukan. Cukup mengucapkan dua kalimat syahadat, mereka sudah memeluk agama Islam. Bahkan ritus ritual atau ibadah dalam Islam tidak memerlukan uborampe dan upacara yang bermacam-macam, asal terpenuhi syarat dan rukunnya saja mereka sudah bisa melakukan aktifitas peribadatan.

Kelima, Akhlak yang indah dari para pengembannya.

Salah satu yang menarik dari ajaran Islam adalah pembinaan akhlak yang terpancar dari ucapan dan tindakan para pemeluknya. Hal tersebut kemudian tertangkap oleh masyarakat sebagai sebuah kemuliaan. Apalagi ajaran budi pekerti telah difahami  oleh masyarakat Jawa dan dianut sebagai filsafat hidupnya. Kecocokan ini kemudian berlanjut dengan saling mengenal dan menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk memeluk agama Islam.

Keenam, Runtuhnya kerajaan Majapahit.
Sebelum Majapahit runtuh, Islam sebenarnya telah eksis dan memiliki kedudukan yang cukup kuat ditanah Jawa karena diemban oleh para da'i sebagai kelompok dakwah yang terorganisir. 

Namun demikian tidak lantas mereka berusaha menyerang Majapahit dengan penaklukan, karena memang fokus mereka adalah mengubah konsep dan kebiasaan masyarakatnya bukan untuk mendapatkan kekuasaan belaka. 

Namun setelah Brawijaya V dikudeta serta Giri Kedaton diserang oleh penggantinya maka ancaman dakwah tersebut kemudian direspon dengan perlawanan bersenjata. Setelah Majapahit runtuh, akhirnya didirikanlah Kesultanan Demak Bintara sebagai simbol kekuatan Islam ditanah Jawa dengan penguasa yang merupakan keturunan Majapahit juga.

Ketujuh, Islam adalah agama yang Egaliter.

Ajaran Islam yang tidak mengenal perbedaan status sosial berdasarkan nasab dan kasta memberikan ruang yang cukup lega bagi masyarakat untuk mengeksplor eksistensinya. Karena konsep kemuliaan dalam Islam berdasar kepada ketaqwaan bukan karena kasta yang tidak sesuai dengan fithroh manusia. Demikianlah sehingga deformasi konsep masyarakat berhasil dilakukan secara elegan.

Kedelapan, Dakwah Islam dilakukan secara terorganisir. 

Sejak masa-masa awal dakwah di Jazirah Arab dan sekitarnya hingga abad ke 11 M, sebenarnya Islam telah masuk ke tanah Jawa dan didakwahkan secara pribadi oleh para pedagang dan ulama berabad-abad lamanya. Namun demikian, bertambahnya jumlah pemeluk Islam secara eksponensial baru terjadi ketika didakwakan secara terorganisir dimulai dengan diutusnya Walisongo ke tanah Jawa oleh kekhilafahan Turki Utsmani yang berdakwah hanya sekitar 50 tahun saja namun telah berhasil mengislamkan Jawa.

Inilah beberapa faktor utama yang mendukung dakwah Islam di tanah Jawa serta memberikan hasil yang sangat memuaskan sehingga hingga saat ini tetap menjadi agama dengan pemeluk terbesar, meskipun upaya misionaris hingga saat ini sangat masif dilakukan. Allahu a'lam bishshowwab.

Oleh: Trisyuono Donaspate 
Sahabat Tinta Media


Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :