Kepemimpinan Perempuan dalam Balutan Moderasi Beragama - Tinta Media

Jumat, 17 Desember 2021

Kepemimpinan Perempuan dalam Balutan Moderasi Beragama


Tinta Media - Kiprah seseorang dalam kancah dunia politik, pemerintahan, profesionalitas, hiburan, atau yang lainnya terkadang memberikan pengaruh pada masyarakat, terlepas itu pengaruh baik atau buruk. 

Baru-baru ini, salah satu majalah ekonomi yang bermarkas di Fifth Avenue di New York City, Forbes, merilis daftar 100 wanita berpengaruh di dunia. Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali masuk dalam daftar 100 wanita paling berpengaruh di dunia versi Forbes. Tahun ini, ia duduk di peringkat 66 atau naik dari tahun lalu, peringkat 78. Sri Mulyani tak sendiri, di posisi ke-27 ada mantan direktur pelaksana Bank Dunia yang sekarang menjadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati. (Forbes, 9/12).

Tentu saja hal ini menjadi momentum kaum feminisme makin menggencarkan kampanye kesetaraan gender, yang di antaranya mencakup tentang kepemimpinan wanita. Bahasan tentang kepemimpinan perempuan selalu menjadi topik hangat di kalangan feminis. Karena bagi mereka,  partisipasi dan kepemimpinan perempuan memiliki peran penting menuju terwujudnya  kesetaraan gender.

Setidaknya ada empat indikator untuk mengukur baik tidaknya kesetaraan gender di suatu negara, yaitu (1) partisipasi ekonomi, (2) pencapaian pendidikan, (3) kesehatan dan survivability, serta (4) political empowerment atau pemberdayaan politik.

Akan tetapi, impian feminisme tersebut  terhalang oleh Islam. Feminisme selalu menganggap bahwa aturan Islam sangat membelenggu perempuan dengan syariat Islam yang mengatur kehidupan perempuan secara terperinci. Bagi feminis, keadilan dan kesetaraan gender akan tercipta jika agama tidak terlalu ikut campur dalam kehidupan perempuan.

Makanya, dengan berbagai cara di gunakan untuk menghilangkan belenggu itu. Gayung pun bersambut. Moderasi yang makin sering di gaungkan ke tengah umat, saat ini menjadi salah satu penangkal aturan Islam yang dianggap kaku, radikal, intoleran, dan lain sebagainya. 

Sejatinya feminisme dan moderasi agama lahir dari rahim yang sama, yakni sekularisme. Paham ini akan menjauhkan umat dari pelaksanaan Islam yang sesungguhnya. Dengan moderasi dan kesetaraan gender, program ini akan memprovokasi perempuan agar mendapatkan hak-haknya yang terampas karena kungkungan agama dan budaya patriarki.

Lalu bagaimana Islam memandang kedudukan perempuan di tengah masyarakat?

Perempuan merupakan bagian dari masyarakat yang juga memiliki peran strategis. Ada dua peran perempuan di tengah masyarakat,  yakni peran domestik dan publik.

Di ranah domestik, peran perempuan adalah sebagai ibu dan pendidik bagi anak-anaknya. Peran ini sangat penting karena kualitas generasi berawal dari sini. 

Baik atau rusaknya generasi bergantung pada pendidikan yang diberikan oleh ibu. Ibu merupakan pendidik pertama dan utama dari anak-anaknya, maka tak heran Islam memuliakan posisi perempuan dalam keluarga. 

Di ranah publik, Islam juga membolehkan perempuan bekerja sebagai guru, dokter, kepala sekolah, direktur rumah sakit, kepala departemen pendidikan, pimpinan perusahaan, ataupun jabatan strategis di lembaga pemerintahan yang sifatnya administratif selain wilayah kekuasaan. Selain itu, perempuan boleh berpartisipasi dalam politik dengan batasan syariat yang sudah ditetapkan. Islam membolehkan perempuan menjadi anggota partai politik, melakukan kritik dan koreksi kepada penguasa, memilih pemimpin, dan menjadi anggota Majelis Umat.

Namun, untuk menjadi pemimpin  dalam urusan kekuasaan dan pemerintahan, Islam melarangnya. Rasulullah saw. bersabda, 

“Tidak akan beruntung suatu kaum apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita.” (HR Bukhari no. 4225). 

Karena tidak bisa dimungkiri bahwa ada tugas-tugas kepala negara yang tidak sesuai dengan perempuan,  semisal menjadi imam, khatib Jumat.

Kalau pun di saat sekarang ada tokoh perempuan yang berhasil sebagai pemimpin, maka tidak bisa menjadi dalil bahwa pemimpin perempuan akan membawa pengaruh  besar. Perlu dilihat keberhasilan pemimpin perempuan ini dari sudut pandang seperti apa. Jika masih menggunakan sudut pandang  kapitalisme sekuler, maka pujian dan peringkat yang diberikan tidak lepas dari target global yang hendak mewujudkan kesetaraan gender bagi perempuan dengan balutan moderasi agama.

Allah Swt. telah menetapkan aturan terbaik untuk umat manusia. Dialah yang paling mengetahui segala yang terbaik untuk hamba-Nya. Dengan demikian, seharusnya para muslimah waspada terhadap propaganda dan rencana jahat kaum kafir yang senantiasa ingin melemahkan muslimah dalam menjalankan dan menegakkan ajaran Islam yang sempurna.  

Wallahua'lam bishawwab.


Oleh: Ema Darmawaty 
Sahabat Tinta Media




Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :