Tinta Media — Jurnalis Joko Prasetyo menuturkan, straight views sangat cocok digunakan dalam dakwah, khususnya dalam perang pemikiran.
"(SV) ini sangat cocok digunakan dalam dakwah, khususnya dalam perang pemikiran karena alurnya pas banget dalam mematahkan pemikiran kufur sekaligus menjelaskan pemikiran Islam secara vis a vis dan beruntun," jelasnya dalam acara Kiat Menulis Opini Lugas (Straight Views), Ahad (5/12/2021) lewat zoom.
Menurut Om Joy, sapaan akrabnya, straight views merupakan salah satu jenis tulisan opini yang secara langsung menunjukkan sikap penulis atas suatu fakta/peristiwa/informasi “Sangat cocok digunakan dalam dakwah,” tegasnya.
Meski namanya straight views (SV), namun menurutnya, cara menulis SV sangat berbeda dengan straight news (SN). Supaya terbayang jelas perbedaan antara straight views (SV) dengan opini lain juga perbedaan dengan straight news (SN), maka ia memaparkan beberapa poin penjelasan.
Pertama, tergolong views, bukan news. “Karena SV merupakan sikap penulis terhadap suatu fakta, maka SV tergolong views bukan news (rekonstruksi suatu kejadian yang langsung pada pokok permasalahan),” ungkapnya.
Kedua, sikap penulis langsung terlihat pada kalimat awal di awal paragraf. “Berbeda dengan penulisan opini yang biasanya di awal paragraf pertama, baru memaparkan fakta yang dikritisi. SV itu langsung masuk pada sikap/pandangan si penulis alias langsung pada bahasan fakta,” jelasnya.
Ketiga, menggunakan sudut pandang orang pertama. “Jika SN menggunakan sudut pandang orang ketiga (narasumber/nama orang yang diberitakan) sedangkan SV menggunakan sudut pandang orang pertama (saya/penulis),” bebernya.
Keempat, semua bagian anatomi SV sama pentingnya. “Berbeda dengan SN yang paragraf paling pentingnya hanya paragraf pertama,” tegasnya.
Kelima, tidak mengulang fakta yang dibahas. “Berbeda dengan pola penulisan opini yang mesti menyinggung ulang fakta yang sudah ditulis di paragraf-paragraf awal ketika masuk paragraf-paragraf pembahasan,” ujarnya.
Keenam, langsung dibahas, setiap fakta yang diungkap langsung dibahas dan disikapi. “Jika ada tiga poin yang akan dikritisi maka setiap poin muncul langsung dibahas dan disikapi. Jadi tidak menulis ketiga poin tersebut lalu dibahas satu persatu,” terangnya.
Ketujuh, ada banyak jenis penulisan SV. “Tiga diantaranya adalah jenis penyikapan terhadap suatu pernyataan, jenis penyikapan terhadap pernyataan sekaligus rekam jejak dan jenis mengkritisi pengaburan dan penguburan sejarah,” paparnya.
"Rasakan bedanya tulisan SV dengan opini pada umumnya dan juga bedanya dengan SN. Bila sudah paham, silahkan praktikkan dan ajarkan lagi pada siapa saja yang ingin berdakwah dengan uslub menulis SN. Semoga menjadi amal jariyah kita bersama. Aamiin," pungkasnya.[] Ajirah