Islam Moderat adalah Islam yang Ramah terhadap Penjajah - Tinta Media

Minggu, 19 Desember 2021

Islam Moderat adalah Islam yang Ramah terhadap Penjajah



Tinta Media - Setiap akhir tahun, umat Islam senantiasa dipojokkan dengan narasi terorisme dan toleransi, seolah-olah umat Islam adalah umat yang selalu melakukan kekerasan dan tidak mengakui perbedaan. Sesungguhnya, ini adalah pengarusutamaan opini yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memusuhi Islam.

Mereka berharap, di pihak umat Islam terjadi perpecahan sikap, antara yang termakan opini moderasi dengan yang tetap menjalankan Islam sesuai apa yang diajarkan Nabi saw. Itulah tujuan dari moderasi Islam yang diarusutamakan oleh pihak-pihak yang memiliki penguasaan media masa dan opini.

Apabila kita ingin mengetahui motif di balik suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat, maka salah satu cara termudah adalah dengan menemukan siapa yang paling diuntungkan atas peristiwa tersebut.

Di Indonesia, umat Islam memiliki jumlah terbesar, yaitu sekitar ⅔ dari seluruh penduduk yang berjumlah 270 juta jiwa. Ini adalah pasar yang sangat potensial bagi para produsen barang dan jasa, yaitu para kapital yang bermain di sektor hulu dan hilir.

Di samping itu, bahan mentah berupa sumber daya alam, baik hutan, mineral, minyak bumi, dan bahan tambang lainnya, dimiliki dengan jumlah yang berlimpah di Indonesia. Tentu saja itu pun telah menjadi point of concern para pengusaha sejak zaman Portugis, Belanda, Inggris, termasuk saat ini Amerika dan China untuk mendapatkan dan memonopoli eksplorasinya.

Ketika umat Islam masih menggenggam dengan setia tuntunan hidup agamanya, maka produksi barang dan jasa para kapital yang didasarkan pada pemahaman sekuler, tidak bisa dipasarkan dengan mudah di Indonesia. 

Contoh kecilnya adalah terkait kebutuhan wanita, misalnya. Bila wanita taat terhadap aturan kehidupan sosialnya, yaitu tidak ikhtilat, tidak khalwat, tidak tabarruj, serta menutup auratnya, maka bisa dipastikan bahwa barang dan jasa produk kapitalis tidak akan laku dipasarkan di Indonesia. Oleh karena itu, para muslimah harus dimoderasi atau disekularisasi agar bisa mengonsumsi barang dan jasa mereka. 

Di sisi lain, ketika para penguasa negeri-negeri muslim menerapkan aturan agamanya, maka upaya penjajah mengeksploitasi sumber daya alam menjadi terkendala. Air  sumber daya energi, hutan, dan sumber daya lain yang berlimpah di negeri ini akan sangat susah mereka dapatkan secara cuma-cuma. Oleh karena itu, dibutuhkan penguasa yang dangal akidahnya, lemah dalam keterikatannya dengan hukum syariah sehingga mudah disuap dan diperdaya.

Pada titik itulah, kemudian proyek moderasi dan liberalisasi menemukan irisannya. Ini karena sesungguhnya para kapitalis penjajah memang tidak memiliki gambaran yang benar tentang kehidupan ini. Mereka hanya memahami bahwa hidup hanya sekali saja, yaitu di dunia, maka ambil semua yang kamu bisa. Oleh karenanya, mereka akan melakukan segala cara demi mendapatkan kesenangan dunia.

Sementara itu, Islam adalah agama yang ttdmengatur kehidupan dengan konsep bahwa apa pun yang mereka lakukan, akan dipertanggungjawabkan karena mereka adalah mahluk yang diciptakan dan akan kembali pada Sang Pencipta alam semesta, sehingga harus tunduk kepada seluruh perintah dan larangan Allah Swt.

Ketika umat Islam terdangkalkan akidahnya, dilemahkan keterikatannya dari hukum syara', maka kerugian ganda dialami oleh mereka. Ini karena di dunia, kekuatan ekonomi dan politiknya dihegemoni dan didominasi oleh para penjajah, sedangkan di akhirat, sudah disiapkan Zabaniyah dan siksa neraka yang menyala-nyala. Na'udzu billah min zalik.

Oleh karena itu, umat Islam harus sadar sepenuhnya bahwa pengarusutamaan liberalisasi dan moderasi Islam akan menyeret mereka ke dalam kesengsaraan. Mereka tidak boleh takut terhadap manusia. Sesungguhnya, ketika mati dalam mempertahankan agamanya, surga telah menanti mereka dengan segala kemuliaan yang tidak ada bandingnya di dunia. 

Dunia itu sementara, akhirat itu selamanya. Jangan sampai kita rugi karena salah menentukan sikap dalam menjalani kehidupan  kita di dunia.

Oleh: Trisyuono Donaspate
Sahabat Tinta Media





Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :