Islam Kaffah, Solusi KKB yang Terus Berulah - Tinta Media

Rabu, 08 Desember 2021

Islam Kaffah, Solusi KKB yang Terus Berulah


Tinta Media — KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) masih terus beraksi menghantui dan membuat suasana di Papua mencekam. Bagaimana tidak, korban demi korban pun berjatuhan. Sepanjang tahun 2021 ini, puluhan aksi brutal KKB telah terjadi. 

Dilansir dari tribunnews.com (26/11/2021), Satgas Nemangkawi mencatat, selama periode bulan Januari hingga Juni 2021 saja sebanyak 22 orang meninggal dunia akibat ulah KKB. Dari 22 orang tersebut di antaranya 7 orang anggota TNI, 2 orang anggota Polri, dan 13 masyarakat sipil. Sementara, korban luka-luka 17 orang, yaitu 7 TNI, 2 Polri dan 8 dari sipil.

Pada bulan Juli hingga Oktober pun, korban KKB masih berjatuhan. Tidak hanya menyebabkan TNI-Polri tewas dan terluka, warga sipil pun banyak menjadi korban. Bahkan, sempat terjadi pembakaran Puskesmas dan menyebabkan nakes terluka. Terakhir pada Sabtu (20/11) 2 anggota TNI di distrik Suru-Suru, Kabupaten Yahukimo, Papua ditembak KKB dan mengakitakan 1 tewas dan 1 luka-luka (detiknews.com, 26/11/2021).

Dari keseluruhan fakta tersebut, sejatinya telah menunjukkan bahwa KKB tidak hanya sekadar kelompok kriminal yang menggunakan senjata, tetapi lebih dari itu, mereka adalah teroris yang sesungguhnya. Sebab, korban yang berjatuhan tidak sedikit. Yang diincar pun tidak hanya masyarakat sipil, tetapi juga aparat negara. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, tetapi harus ditindak tegas, dan diadili.

Kapitalisme Mengaburkan Siapa Lawan Siapa Kawan

Pemerintah berpendapat bahwa KKB harus dirangkul karena mereka dianggap saudara. Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman meminta para prajurit menggunakan pendekatan lain dalam menangani KKB. Dia meminta prajurit TNI merangkul dengan hati yang suci dan tulus agar anggota KKB kembali ke pangkuan NKRI. Dudung menilai, tidak harus memerangi KKB, melainkan bagaimana menyadarkan saudara kita untuk kembali ke pangkuan NKRI (detiknews.com, 26/11/2021).

Pendapat tersebut tentu bertentangan dengan bagaimana sikap pemerintah selama ini terhadap terduga terorisme. Ketika seseorang masih disebut terduga dan belum ada bukti nyata kekerasan yang dilakukan, maka kenapa pemerintah langsung menangkap? Bahkan, tidak sedikit yang ditembak di tempat tanpa perlawanan. Sedangkan terhadap KKB yang sudah jelas-jelas banyak memakan korban, kenapa seolah enggan?

Hal itulah yang mengakibatkan masyarakat bertanya-tanya. Padahal, masyarakat hanya menginginkan keamanan, perdamaian, dan keadilan di negeri ini. Jika memang harus bersikap tegas terhadap pelaku terorisme, maka seharusnya begitu pula terhadap KKB. Atau jika memang KKB harus dirangkul karena dianggap saudara, bukankah terduga terorisme juga saudara yang butuh disadarkan kembali pada agama yang hak?

Jangan sampai pemerintah terkesan berat sebelah dan cenderung memilih kebijakan yang pro-asing, tetapi kontra terhadap muslim sehingga bingung dan sulit membedakan siapa kawan serta siapa lawan.

Solusi Islam untuk Papua

Aksi KKB dalam pandangan Islam adalah separatisme atau bughat yang diharamkan oleh Allah Swt. Karena negara berkewajiban menjaga keamanan dan persatuan, maka hendaknya pemerintah mengurai akar permasalahannya. Aksi separatis KKB berawal dari ketimpangan sosial yang terjadi di Papua, di mana SDA melimpah, tetapi rakyat masih serba kekurangan. Fasilitas umum juga terbatas. Maka wajar jika akhirnya muncul kelompok yang ingin lepas dari NKRI.

Hal ini membuktikan bahwa sistem kapitalisme lemah dan tidak layak dijadikan pegangan. Pasalnya, sistem ini memang buatan manusia, sehingga tidak mampu menyelesaikan permasalahan manusia. Maka, sudah selayaknya negeri ini beralih pada sistem yang telah terbukti menyejahterakan rakyat, Sistem yang bersumber dari Sang Pencipta. Negeri ini butuh sistem yang memberi pelayanan, perlindungan, dan jaminan kesejahteraan bagi seluruh penduduknya, di mana di situ tidak memandang suku, agama, ras, dan warna kulit, sebab warga negara akan diperlakukan sama secara adil.

Allah Swt. telah berfirman, bahwa Rasulullah saw. memang diutus untuk seluruh manusia.

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS al-Anbiya: 107).

Tinta emas masa peradaban Islam juga bisa ditemukan dalam banyak catatan sejarah nonmuslim yang masih objektif. Will Durant, seorang sejarawan Barat, dalam buku yang dia tulis bersama Istrinya, Ariel Durant, Story of Civilization, menyatakan, 

“Para khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapa pun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka.”

Jika akar sudah terselesaikan, tetapi tetap terjadi separatisme, maka dalam Islam penanganan terhadap pelaku separatis adalah dengan pemberian sanksi tegas, yaitu diperangi. Arti diperangi bermaksud men-ta'dib (memberi pelajaran) kepada mereka tanpa membunuh nyawa agar mereka kembali pada negara. Namun, hanya dengan penerapan Islam Kaffah lah yang mampu mewujudkannya.

Wallahua'lam bishawab.

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :