Tinta Media - Dalam penerbangan Garuda GA 215 dari Yogyakarta International Airport/YIA (Airport baru Kulon Progo) ke Cengkareng, sebelum berangkat dari ruang cock pit pilot mengucapkan selamat datang dalam penerbangan GA 215. Dan yang mengejutkan, dalam narasinya disampaikan bahwa Garuda Indonesia bekerjasama dengan Cina Airlines.
Dipastikan pilot dalam keadaan berdaulat, tanpa tekanan, sehat dan tidak mabuk. Karena kalau tidak berdaulat, karena tekanan pembajak misalnya, pasti sudah mendarat di Don Muang atau semacamnya persis peristiwa Garuda Woyla tahun 1981 lalu.
Pertanyaannya, apa yang dimaksud Garuda bekerja sama dengan Cina Airlines? Sebuah maskapai penerbangan milik Cina yang biasanya melayani rute Jakarta-Beijing, Jakarta-Goangzou, Shanghai, Harbin dan lain-lain!
Apakah Garuda saat ini sudah diakuisisi Cina? Kabar terakhir dari sebuah media, saat ini ada putusan Pengadilan yang menunda hutang Garuda Rp 90 triliun, sehingga untuk sementara bisa terbang kembali.
Kalau sinyalemen di atas benar, maka Garuda telah menyusul PLN menjadi subordinasi negara adidaya itu. Hanya yang masih menjadi tanda tanya, apakah dominasi Cina hanya berhenti pada sektor ekonomi seperti ditegaskan Menko Marvest Luhut Panjaitan? Atau akan menyusul seperti Tibet, Angola dan sebagainya yang kemudian menjadi Negara Protektorat Cina?
Kalau Luhut Binsar Panjaitan berbohong, berarti yang bersangkutan memang anggota Oligarkhi tulen !
Atau mau bertanya ke DPR RI? Paling dijawab terimakasih atas masukannya.
Atau tidak dijawab, dan pura-pura "bego"?
Atau bangsa Indonesia ini ditakdirkan untuk kembali dijajah, karena tidak bisa mempertahankan kedaulatan ? Karena para Pemimpin Nasional tidak memiliki Leadership sebagai "bapak bangsa" kecuali sebatas mental "brocker" saja?
So ...what?
Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang!
JAKARTA, 17 DESEMBER 2021
Oleh: Ahmad Daryoko
Koordinator INVEST.
