Belajar dari Belanda di Tanah Jawa - Tinta Media

Kamis, 23 Desember 2021

Belajar dari Belanda di Tanah Jawa




Tinta Media - Awal masuknya bangsa Belanda ke Indonesia adalah sebagai pedagang, seperti bangsa lainnya. Namun, karena situasi perdagangan semakin rumit, akhirnya para pedagang Belanda membentuk serikat dagang yang disebut VOC. 

VOC sendiri sebenarnya  dibentuk pada awal abad ke 17 dikarenakan persaingan antar pedagang-pedagang Belanda sendiri untuk mendapatkan rempah-rempah di Nusantara dan sekitarnya. Meskipun begitu, pada akhirnya dengan VOC pula para pedagang Belanda berhasil memonopoli perdagangan rempah-rempah di Timur Hindia, termasuk Nusantara dari pengaruh pedagang-pedagang Eropa lainnya.

Pada saat yang sama, Kerajaan-kerajaan di Pantai Utara Jawa yang merupakan Kesultanan Islam adalah kerajaan maritim dan telah terbiasa mengandalkan devisanya dari hasil perdagangan di Selat Malaka. Namun, sejak Portugis menguasai Malaka, maka arus perdagangan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Utara Jawa ini diganggu oleh mereka. Oleh karena itu, sejak awal abad ke 16, Kesultanan di Pantai Utara Jawa banyak melakukan penyerangan terhadap kekuasan Portugis di Malaka.

Di sisi lain, Raja Jawa bagian Barat pedalaman, yaitu Kerajaan Pajajaran yang menguasai pelabuhan Jayakarta merasa terancam dengan semakin besar pengaruh Kerajaan Islam di Pantai Utara Jawa. Hal inilah yang membuat Raja Surawisesa melakukan kerjasama politik untuk melindungi kepentingannya di Jawa Barat dengan kekuatan Portugis, yang saat itu menjadi penguasa Selat Malaka.

Dengan datangnya Portugis ke Jawa, maka untuk mengimbangi kekuatan yang sangat besar tersebut, beberapa Raja di pesisir Utara Jawa akhirnya juga terdorong untuk melakukan kerjasama dengan kongsi Belanda, yaitu VOC. Apalagi, beberapa kali upaya mengusir Portugis belum mendapatkan hasil yang memuaskan.

Sebenarnya pengaruh dan kekuatan VOC di Jawa tidak terlalu besar, karena kekuatan perdagangan di Jawa dikuasai oleh kerajaan-kerajaan di sana. Namun demikian, semenjak Jaya Karta yang pada awalnya berada dalam kekuasaan Pajajaran menjadi lemah akibat diserang pasukan kerajaan Islam pantai Utara Jawa, maka VOC memanfaatkan keadaan tersebut dengan merangsek masuk ke Jaya Karta.

VOC kemudian memindahkan kekuatannya dari Timur Nusantara ke Jaya Karta di Pulau Jawa, kemudian memulai membangun kekuatannya di sana. Sejak itulah, VOC memiliki kekuatan yang diperhitungkan baik secara ekonomi maupun secara politik karena memiliki armada dan kekuatan tempur yang cukup besar.

Nah, setelah VOC menguasai Batavia, kekuatan asing tersebut memiliki nilai tawar yang tinggi di mata para penguasa di Pulau Jawa. Mereka diharapkan mampu mengimbangi kekuatan Portugis yang telah menguasai perdagangan di selat Malaka, di mana Jawa menggantungkan sebagian besar devisanya dengan berdagang di sana.

Amangkurat 1 sebagai penguasa Tanah Jawa warisan ayahnya melakukan perjanjian dan kerjasama dengan VOC yang kemudian memberikan ruang yang lebih lebar lagi bagi mereka di tanah Jawa. Setelah Amangkurat 2 berkuasa, bahkan Mataram menjadi semakin sempit yang pada akhirnya hanya meliputi Jogja dan Surakarta.

Setelah perang Jawa berhasil dimenangkan pihak Belanda dengan berbagai tipu daya liciknya,  pengaruh Islam bahkan dipersempit lagi. Ordonansi keagamaan diberlakukan. Sejarah kejayaan Islam di Jawa dikaburkan. Ingatan masyarakat terhadap penerapan Islam dikuburkan, bahkan dilakukan pembelokan sejarah yang mendeskriditkan para pejuang dan perjuangan melawan kezaliman.

Begitulah kisah masuknya penjajah Belanda ke Pulau Jawa. Pertama masuk ke Jawa, eksis dan menjadi besar di sana, menguasai sebagian besar dan mengeksploitasi bekas kekuasan kerajaan Islam di sana. Pada akhirnya, Belanda berhasil menghapus bekas dakwah Islam di tanah Jawa dengan memanfaatkan persaingan antar penguasa dan perebutan kekuasaan.

Apabila umat Islam bersatu dengan ikatan yang lebih kuat daripada sekadar ikatan kepentingan dan kekeluargaan semata, yaitu ikatan Islam sebagai ideologi mereka, maka tentu kita tidak mudah tercerai-berai dan dimanfaatkan oleh pihak lainnya untuk menguasai Islam dan umatnya.

Di sinilah kita harus bersungguh-sungguh untuk belajar sejarah sebelum sejarah kembali terulang mengajar kita.

Oleh: Trisyuono Donaspate
Sahabat Tinta Media





Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :