ASN HARUS MUSLIM MODERAT? - Tinta Media

Selasa, 21 Desember 2021

ASN HARUS MUSLIM MODERAT?



Tinta Media — Beberapa saat yang lalu saya bertemu dengan seorang tokoh. Ia bercerita, bertemu dengan seseorang, sebut saja Mr X. 

Kepada sang tokoh ini, Mr X bercerita pengalamannya mengikuti tes wawancara sebagai calon Aparat Sipil Negara (ASN). Yang menarik, ia ditanya oleh penguji tentang deretan nama-nama tokoh Muslim, apakah ia mengenalnya. 

Dalam hatinya ia bertanya, apa hubungannya kenal dengan seseorang dengan posisinya sebagai ASN. Tapi ia kemudian tersadar dan teringat dengan tes wawasan kebangsaan yang dialami oleh para pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu sebelumnya.

Nah, nama sang tokoh ini masuk dalam deretan daftar nama tokoh Muslim tersebut. Kepada penguji, ia mengatakan kenal dalam pengertian tahu karena sering muncul di media massa. Penguji tak bertanya lebih lanjut.

Kemudian, muncul pertanyaan lanjutan. Terkait dengan sikapnya. Pertanyaan itu adalah: Apabila Anda punya anak perempuan, lalu mau dinikah dengan orang kafir, apakah Anda membolehkannya? 

Lagi-lagi ia bertanya dalam hati, apa hubungannya urusan menikahkan anak dengan ASN. Bukankah menikahkan urusan anak itu urusan keluarganya, urusan dirinya bersama istri? Kenapa urusan ini dibawa-bawa?

Ia kemudian teringat, kampanye moderasi selama ini. Hal-hal yang berbau Islam, dalam arti terikat dengan aturan Islam, dituding tidak moderat. Yang moderat itu, yang melepaskan diri dari ajaran Islam.

Kepada si penguji, ia kemudian menjelaskan sikapnya. Tidak boleh menikahkan anak perempuan dengan laki-laki kafir. Itu ajaran Islam. Dan ajaran Islam adalah agama yang diakui di negeri ini.

Seperti apa hasil tes itu memengaruhi hasil kelolosannya, masih menunggu waktu.

Yang jelas, menjadi sangat jelas, aroma Islamophobia itu kental sekali. Entah ini ulah oknum atau sistemis, perlu didalami.

Tapi bila dilihat dan dikaitkan dengan program moderasi beragama selama ini, sepertinya nyambung. Seolah-olah dikatakan: "Kalau kamu ingin menjadi pegawai negeri, kamu harus menjadi penganut agama yang moderat. Kalau Muslim, Muslim moderat. Tidak boleh radikal. Kamu tidak boleh dekat dengan tokoh-tokoh radikal." begitu barangkali.

Bagaimana menurut Anda?

Oleh: Mujiyanto
Jurnalis 



Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :