Oleh: Leni, Aktivis Dakwah di Depok
Tintamedia.web.id -- Baru-baru ini, viral di media sosial video seorang pensiunan polisi mengais rezeki menjadi manusia silver untuk menyambung hidup. Agus Dartono namanya. Pria 67 tahun ini terjaring razia Satpol PP di jalanan Kota Semarang, Jawa Tengah. Miris, seorang pensiunan polisi yang harusnya hidup nyaman di masa tuanya malah mengemis di jalan menjadi manusia silver.
Manusia silver atau silverman adalah orang-orang yang mengecat sekujur tubuhnya dengan warna perak. Mereka dengan mudah dijumpai di lampu merah, perempatan jalan, dan perkampungan untuk sekadar mengamen atau meminta-minta pada warga.
Pada awalnya, aksi manusia silver dilakukan untuk menarik perhatian publik dalam ajang penggalangan dana. Akan tetapi, semakin ke sini banyak orang yang menjadikan manusia silver sebagai mata pencaharian. Impitan ekonomi disebut sebagai alasan mereka melakukannya.
Tidak bisa dimungkiri, keberadaan mereka menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat. Sebagian kecil masyarakat merasa terganggu dan sebagaian besar merasa kasihan. Masyarakat merasa kasihan karena manusia silver ini mengecat tubuh dengan cat warna silver yang berbahaya. Hal itu karena cat yang biasa digunakan oleh manusia silver adalah pewarna tekstil. Risiko kesehatan tidak sebanding dengan apa yang mereka peroleh.
Dilansir dari kompas.com (26/9/2021), dokter spesialis kulit dan kelamin RSUD Purwokerto, dr. Ismiralda Oke Putranti mengatakan, bahan yang biasa dipakai oleh manusia saja, seperti make up, cat rambut berisiko menimbulkan alergi, apalagi cat untuk bahan tekstil. Ini berbahaya sekali.
Oleh karena itu, keberadaan manusia silver tidak bisa dibiarkan begitu saja di negeri ini. Mereka bagian dari rakyat, tidak boleh dibiarkan melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri. Lalu siapakah yang bisa menghentikan aksi mereka? Ke mana peran negara saat ini dengan menjamurnya manusia silver?
Inilah potret negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Negara hanya berfungai sebagai regulator, bukan pelindung rakyat. Rakyat miskin ditelantarkan, bukan dilindungi. Namun, faktanya peran negara benar-benar nihil dalam pemeliharaan terhadap mereka. Mereka dibiarkan bertaruh nyawa untuk mendapatkan sebutir nasi. Sedangkan si kaya dengan mudah mengakses segala kebutuhan. Bahkan, semua kebijakan hanya menguntungkan si kaya dan merugikan orang miskin. Akibatnya, bertambah suburlah manusia silver di jalanan.
Selain itu, paham sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) telah merasuk dan mengakar di benak masyarakat. Dengan paham ini, manusia cenderung mengabaikan aturan agama dalam berbuat. Alhasil, acapkali dijumpai seseorang berbuat tanpa mempertimbangkan lagi halal-haram ataupun tercela-terpuji. Pun, menghalalkan segala cara demi meraih kepentingan, terlebih lagi demi bertahan hidup.
Islam melarang seseorang meminta-minta. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, ”Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.” (HR Bukhari, no. 1474 dan Muslim, no. 1040).
Meminta-minta itu haram, pada asalnya. Meminta-minta dibolehkan jika dalam keadaan darurat atau ada kebutuhan penting yang hampir darurat. Namun, kalau tidak darurat atau tidak penting seperti itu, maka tetap haram.” (Syarh Shahih Muslim, 7:127)
Oleh karena itu, bekerja sebagai manusia silver dilarang dalam Islam. Keberadaan mereka di negeri ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Karenanya, perlu peran negara untuk menyelesaikan masalah sosial ini, yakni dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Islam sebagai ideologi yang berasal dari Zat yang Maha Sempurna, Allah Swt., sudah pasti mampu menyelesaikan berbagai macam problematika kehidupan manusia. Salah satunya adalah masalah manusia silver.
Di samping itu, negera juga menerapkan sistem ekonomi Islam. Dengan sistem ekonomi Islam, negara mengelola sumber daya alamnya sendiri dan hasilnya digunakan untuk kemaslahatan rakyat, sehingga kebutuhan pokok seperti sandang, papan, dan papan tercukupi. Begitu juga dengan kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan, akan mudah didapat.
Selain pengelolaan sumber daya alam secara mandiri, negara juga akan menciptakan lapangan kerja yang luas bagi seluruh rakyat. Dengan demikian, tidak akan ada orang yang kelaparan sampai-sampai menjadi manusia silver yang mengemis di jalanan. Dengan kata lain, hanya Islamlah yang akan mampu mengentaskan manusia silver.[]